Install Steam
login
|
language
简体中文 (Simplified Chinese)
繁體中文 (Traditional Chinese)
日本語 (Japanese)
한국어 (Korean)
ไทย (Thai)
Български (Bulgarian)
Čeština (Czech)
Dansk (Danish)
Deutsch (German)
Español - España (Spanish - Spain)
Español - Latinoamérica (Spanish - Latin America)
Ελληνικά (Greek)
Français (French)
Italiano (Italian)
Bahasa Indonesia (Indonesian)
Magyar (Hungarian)
Nederlands (Dutch)
Norsk (Norwegian)
Polski (Polish)
Português (Portuguese - Portugal)
Português - Brasil (Portuguese - Brazil)
Română (Romanian)
Русский (Russian)
Suomi (Finnish)
Svenska (Swedish)
Türkçe (Turkish)
Tiếng Việt (Vietnamese)
Українська (Ukrainian)
Report a translation problem
Ia melihat ke sekeliling. Meja kerja. Setumpuk dokumen yang entah benar-benar dibaca atau hanya jadi alat pencitraan. Di luar jendela, Jakarta tetap macet. Negeri ini tetap dipenuhi harapan-harapan yang dikecewakan.
FufuFafa terkekeh pahit.
"Jadi ini yang terjadi setelah aku pergi?" gumamnya. "Oligarki semakin nyaman, kritik semakin sulit, dan rakyat masih tetap dijadikan pion."
Lalu, sebuah ketukan di pintu.
"Mas Gimvran, Pak Wowo ingin bertemu," suara ajudan terdengar dari luar.
FufuFafa menatap refleksinya di kaca. Matanya kini penuh kesadaran. Ia mengepalkan tangan.
Sudah lama ia memperingatkan mereka. Sudah lama ia mencoba mencegah ini.
Ia menghela napas, lalu berbisik pada dirinya sendiri.
"Fine… I’ll do it myself."
Pakaian mereka tercerai-berai. Prabowo mendorong Teddy ke dinding, merobek seragamnya dengan tangan yang tak sabar, memperlihatkan kulit panas yang siap dikuasai. "Kau tahu UU ini kasih kita kebebasan," bisik Prabowo, tangannya menjelajahi dada Teddy. "Usia pensiun naik, kau bertahan di bawahku lebih lama—di TNI, di ranjang. Kau suka?"
"Suka, Pak... aku rela jadi pionmu," jawab Teddy, matanya memohon saat tubuhnya terbuka penuh. "Ambil aku, Pak. Buat aku milikmu—seperti Pak kuasai politik."
Prabowo menarik Teddy ke ranjang, mendorongnya telentang dengan penuh otoritas. "Kau di bawahku malam ini, Teddy. Katakan kau mau aku isi," perintahnya, suaranya parau saat tangannya mencengkeram pinggul pria itu.
sesekali 🙌🏼
kelas abangkuh 🔥🔝
izin abangkuh 🔥
panutan 🔝✊🏼🙌🏼
kelas abangda 🔥🫡
rispeekk 👍🏼🙌🏼
manyala ilmu padi 🌾
kelas boskuuuh 🔥👍🏼
kalau diatas jgn lupa merunduk
tetep ilmu padi 🌾🌾
kasih paham tipis tipis 🤝🏼
top abangku 👍🏼👍🏼
eh yg punya setengah indo nih ee 😜😜
kelas banget kanda 🙏🏼🕺🏻
manyala capt 🔥🔥
abang idola panutan ini 😘😘
top 🔝
jangan kasih kendor ee 🕺🏻🕺🏻
idola 🙌🏼🙌🏼
▒█▒█▒█ ▒█▄▄█ ▒█░▄▄ ▒█▀▀▀ ▒█░░░ ▒█▄▄█ ▒█▒█▒█ ▒█░▄▄ ▒█▄▄█ ▒█▒█▒█
▒█░░▒█ ▒█░▒█ ▒█▄▄█ ▒█▄▄▄ ▒█▄▄█ ▒█░▒█ ▒█░░▀█ ▒█▄▄█ ▒█░▒█ ▒█░░▀█
#stk #pshw #pshwtm #shwinongo #winongo #winongomadiun #shwinongomadiun #pshwmadiun #psht #pshtindonesia #pshtpusatmadiun #shterate #terate #pusatmadiun #madiun #indonesia #fyp #viral #trending #pencaksilat #pencak #silat #ikspi #kerasakti #paske
Azriel: "Najis., bisa di percepat nda?😠"
Mas Andre: "Sabar ya azriel😩, aku lagi cari posisi nyaman nich, buat cukur bulu bulu yu😋"
Azriel: "iii, om jangan om😨"
Mas Andre: "emmuachh😘😚"
Azriel: "Bau arang tengkuk mu nam🤢"
Mas Andre: "Kau ni anak mana sih Azriel, kau lucu benar hah🥰😍😋😋, Mau ga rasain rudal akuh😝😜💀😈🥵🍌🍆?"
Azriel : "#%#$! kau, jangan kaya gitu lah bang 😔, nanti orang tak mau gunting disini lagi..., takut anak orang digitukan bah☹️🥺"
Mas Andre: "Santai-santai...~🥰, "
Simanjutak: "Andre!🗣‼️, masih lama kah?🥱"
Mas Andre: "Sebentar lok yah, ada customer ganteng ni 🥰😍👅"
Simanjuntak : " Ohh ok ndre😅🫡👌"
Mas Andre: "Kimak kau yah🤭😋~ nama ku bukan Andre, tp Andriana🥵💋💅"