Rakyat Miskin :

Plis wo 😭, saya butuh elpiji 3kg ibuku itu agak tidak punya rumah. Saya tinggal dengan bapak saya. Saya ingin membantu ibuku.

Pemerhati Politik :

KOOOK KOK SAYA LIHAT LIVESTREAM MU, KENAPA KAMU KETAWA HUH!!??!!??

SAAT PENDUKUNG MU, OK GASSS OK GASSS!!!

KAMU HANYA KETAWA, ITU ITU GAK RESPEK WOK!!!

Pemerhati Politik (Penagih Janji) :

DAN JANGAN LUPA MAKAN GRATIS NYA WOK!!!

Semangat pak, maju terus sampai jd presiden biar makin banyak fotomu yang ganteng banget terpampang di semua media. Jangan lupa buka baju lagi kek pawai yg kapan hari itu, dadamu yang putih seksi bikin aku pingin emut susumu yang coklat, perutmu yang aduhai pingin aku peluk erat-erat dan gak akan aku lepas Oh Papa Prabowoku yang paling seksi. Senyummu yg manis bikin jantungku copot ga karuan... Muah muah muah, i love you Pak Prabowo.

Anies : "ti-tidak... i-itu terlalu besar..!"

(Prabowo membuka sempak Anies)

Anies : "Tu-tunggu... Prabowo jangan!!"

Prabowo : "Diam, biar aku yang masukin"

Anies : "kyaah..!~~ hmm-ahh Prabowo pelan pelan..!" (Anies merintih nikmat sampai berkeringat)

Anies : "Prabowo habis ini janji kan belikan hp Redmi?"

Prabowo :"Iya, janji"

You ever wake up terus mikir what if prabowo mau jadi presiden karena dulu biji nya ada di istana presiden, hear me out, bayangin biji prabowo punya kekuatan mistis, makanya jaman orba satu biji nya dipinjem sama pak harto, ketika pak harto dilengserkan, biji nya masih disimpen di berangkas 500 meter dibawah istana negara. Makanya jokowi panik ketika prabowo mau jadi presiden dan buru - buru bikin istana presiden di IKN, supaya biji prabowo bisa diamankan di tempat lain. Jadi nanti prabowo sama gibran stage heist kayak ocean's eleven buat mengambil kembali biji prabowo. Setelah biji nya kembali barulah Indonesia menuju masa keemasan seperti bola emas (kintama) nya prabowo.

“Kamu tadi kenapa kayak gitu sih?” Prabowo berdeham kecil, melepaskan kancing di bajunya, “Aku nggak suka.” Prabowo mulai mengerucutkan bibirnya, pipinya menggembung. 𝙃𝙚’𝙨 𝙨𝙪𝙡𝙠𝙞𝙣𝙜.
“𝕶𝖎𝖙𝖙𝖊𝖓,” Anies beranjak dari kasur, menghampiri kekasihnya dan menangkup pipinya

In the shadows of the candlelit chamber, Prabowo, a valiant senior knight, released a weary breath, undoing the fastenings of his tunic. "For what reason hast thou conducted thyself in such a manner?" he questioned, his voice a soft rumble. A frown creased his noble countenance, revealing his discontent.

Anies, perceiving the delicate strain in the air, gracefully emerged from the bed, gliding toward his cherished knight. With a gentle caress, he cupped the old Knight brooding face. "Hush, my Kitten," he murmured, seeking to calm the tempest brewing within the depths of his troubled gaze.

Yet, the tension lingered like a heavy mist in the chamber. Prabowo's eyes, stormy and filled with a sense of wounded pride, met Anies's gaze with an intensity that spoke volumes. "Thy actions belie the honor we uphold. A knight's path is one of nobility, not of caprice," he asserted, his words cutting through the stillness.